Soalan:
Saya ingin
mendapat penjelasan tentang kisah yang sering ditularkan di dalam media social bahawa
"BACAAN ATTAHIYYAT ADALAH DIALOG ANTARA RASULULLAH SAW. DENGAN ALLAH
SWT.''
Di dalam
mesej yang tular itu dikatakan bahawa pada malam isra’ mi’raj itu:
Jibril As.
mengantarkan Rasulullah Saw naik ke Sidratul Muntaha. Namun karena Jibril As
tidak diperkenankan untuk mencapai Sidratul Muntaha, maka Jibril As pun
mengatakan kepada Rasulullah SAW untuk melanjutkan perjalanannya sendiri tanpa
dirinya...
Rasulullah
Saw melanjutkan perjalanan perlahan sambil terkagum-kagum melihat indahnya
istana Allah Swt hingga tiba di Arsy...
Setelah
sekian lama menjadi seorang Rasul, inilah pertama kalinya Muhammad Saw
berhadapan dan berbincang secara langsung dengan Allah Azza wa Jalla...
Bayangkanlah
betapa indah dan luar biasa dahsyatnya moment ini, Masya Allah..
Percakapan
antara Muhammad Rasulullah Saw dengan Allah Subhanahu Wata'ala :
(1).
Rasulullah Saw-pun mendekat dan memberi salam penghormatan kepada Allah Swt :
"Attahiyyatul
mubarokastus-solawatut- thayyibaatulillah = Semua ucapan penghormatan,
pengagungan dan pujian hanyalah milik Allah".
(2).
Kemudian Allah Swt menjawab sapaannya :
"Assalamu
'alaika ayyuhan Nabiyyu warahmatullahiwa barakaatuh =
Segala
pemeliharaan dan pertolongan Allah untukmu wahai Nabi, begitu pula rahmat Allah
dan segala karunia-Nya".
(3).
Mendapatkan jawaban seperti ini, Rasulullah Saw tidak merasa jumawa atau
berbesar diri, justru beliau tidak lupa dengan umatnya, ini yang membuat kita
sangat terharu.
Beliau
menjawab dengan ucapan :
Assalaamu
'alaina wa 'alaa 'ibadillahis
shalihiin"= Semoga perlindungan dan pemeliharaan diberikan kepada
kami dan semua hamba Allah yang shalih"
Bacalah
percakapan mulia itu sekali lagi, itu adalah percakapan Sang Khaliq dan
hamba-NYA, Sang Pencipta dan ciptaan-NYA dan beliau saling menghormati satu
sama lain, menghargai satu sama lain, dan lihat betapa Rasulullah Saw mencintai
kita umatnya, bahkan beliau tidak lupa dengan kita ketika beliau di hadapan
Allah Swt..."
Melihat
peristiwa ini, para Malaikat yang menyaksikan dari luar Sidratul Muntaha
tergetar dan terkagum-kagum betapa Rahman dan Rahimnya Allah Swt, betapa
mulianya Muhammad Saw...
Kemudian
para Malaikat-pun mengucap dengan penuh keyakinan :
Asyhadu
Allaa ilaaha illallah, wa asy hadu anna Muhammadarrasulullah = Kami bersaksi
bahwa tiada Tuhan selain Allah dan kami bersaksi bahwa Muhammad itu adalah
hamba Allah dan Rasul Allah".
Jadilah
rangkaian percakapan dalam peristiwa ini menjadi suatu bacaan dalam shalat
yaitu pada posisi Tahiyat Awal dan Akhir, yang kita ikuti dengan shalawat
kepada Nabi sebagai sanjungan seorang individu yang menyayangi umatnya.
Mungkin
sebelumnya kita tidak terpikirkan arti dan makna kalimat dalam bacaan ini.
Semoga
dengan penjelasan singkat ini kita dapat lebih meresapi makna shalat kita.
Sehingga kita dapat merasakan getaran yang dirasakan oleh para Malaikat disaat
peristiwa itu...
Adakah cerita
itu sahih? Trm kasih, ustazah.
Jawapan:
Kisah itu
tidak diketahui sumber serta sanadnya. Tidak dijumpai di dalam kitab-kitab
hadis yang sahih.
Sesungguhnya
kisah isra’ dan mi’raj diriwayatkan secara jelas dan terperinci di dalam
kitab-kitab sahih Bukhari, Muslim dan lain-lain. Namun tidak terdapat langsung
kisah tentang memberi dan menjawab salam antara Nabi s.a.w. dengan Allah Rabb
Al-Jalil seperti yang diceritaka itu.
Begitu juga
ketika baginda s.a.w. mengajar tahiyyat kepada sahabat r’anhum baginda tidak pernah
mengaitkannya dengan perinstiwa mi’raj baginda. Antara hadis sahih mengenai
cara membaca tahiyyat di dalam solat ialah yang diriwayatkan daripada Abdullah
bin Mas’ud r.a.
Beliau berkata:
“Kami berkata di dalam solat di belakang Rasulullah s.a.w. “as-salam ‘ala-Allah,
as-salam ‘ala fulan”, maka Rasulullah s.a.w. mengur kami pada suatu hari: “Sesungguhnya
Allah, Dialah as-Salam. Maka apabila salah seorang daripada kamu duduk di dalam
solat, hendaklah dia berkata: “at-tahiyyatu lillah was-solawatu wat-toyyibatu. As-salamu
‘alaika ayyuhan-nabiyyu warahmatullahi wabarakatuh. As-salamu ‘alaina wa’ala ‘ibadillahis-solohin”.
Apabila dia berkata demikian, salamnya sampai kepada seluruh hamba Allah yang
soleh di langit dan di bumi. (Sambungan seterusnya): “Asyhadu an la ilaha illa
Allah, wa asyhadu anna Muhammadan ‘abduhu wa rasuluh.” Kemudian dia pilih
apa-apa permintaan (doa) yang dia kehendaki.”
Riwayat
al-Bukhari (6328) dan Muslim (402)
Dan banyak
lagi hadis-hadis sahih yang berkaitan dengan Nabi s.a.w. mengajar sahabat cara
membaca tahiyyat. Tidak terdapat satupun yang baginda kaitkan dengan peristiwa
isra’ dan mi’raj.
Allahu A’lam.
No comments:
Post a Comment